Jumat, 12 April 2013

Part 2



***
  Bagaimana aku mau mengabaikan kalau aku selalu diam-diam memperhatikanmu , bagaimana aku tak didakwa kalau perasaan itu menyalahi aturan yang ada, bagaimana aku mau bahagia , kalau senyum saja terpaksa. Bagaimana menurutmu ? bukankah org bilang bahagia itu sederhana ?  Tapi perasaan itu..dengan menyimpanmu di hatiku,rasanya masih sesakit itu. Sebenarnya, bahagia itu rumit sekali perjalanannya.
“ ahh , cepat sekali berhenti !” gerutunya sangat kesal , menyalahkan putaran gasing itu yang selesai terlalu cepat.
“ apaan ini !? Lo kalo main ini jangan di taman dong , maennya di tk aja.hahhahaa” pemuda itu, datang dengan tiba-tiba.mengambil permainan kesayangan Sivia,dengan kasarnya. Menghinanya pulak, apa-apaan cowok ini.
“heh! Kembaliin ! “ Sivia mengambil mainannya dengan paksa. Cowok ini, dia kan ...
“ Lo temen Shilla kan ? gimana sih supaya Shilla itu putus sama Alvin ? gue ini juga cowok baik-baik tau! Dan yang gue lihat , Shilla gak akan bahagia sama cowok brengsek itu ! mending dia sama gue..” ucapnya dengan bangga , ah.begitu lagi, lagi-lagi Shilla. Otaknya memang sudah terkontaminasi dengan nama Shilla.
“ tau ah ! “ tanggap Sivia, kemudian berniat ingin langsung pergi saja, belum sempat ia berjalan 2 langkah , tangan pemuda itu langsung menyergap,menarik lengannya dengan paksa. Hingga wajah mereka, saling menatap satu sama lain.
“ tell me , i am too in love with her “ tatapan pemuda itu mengisyaratkan , matanya menatap Sivia penuh makna. Satu saja, dia benar-benar serius untuk Shilla. Sivia mendesis tajam , apa-apaan cowok ini. Kalau mau rebut Shilla , silahkan saja cari cara sendiri. Gak perlu sampe maksa dia kayak gini .
“ e..hmm , nyantai aja ! tatapan lo sinis banget sih , lo kira gue penculik apa ?! “ sanggah pemuda itu lagi , Sivia yang awalnya menatap garang pun akhirnya luluh .
“ngomong-ngomong , lo habis nangis ya ? “
“ enggak ! “ pekik Sivia cepat , refleks atau ia tak mau mengungkit soal tangis yang baru saja alam saksikan itu, soal siapa penyebab tangis tersebut .
“ waaahh , jangan bohong deh lo . muka lo tuh kayak babi kalo habis nangis, lihat saja . pipi lo merah kayak babi ! wahahhaha “
“ enak aja kamu ! “ Sivia cemberut kesal , lihat saja bibirnya , maju beberapa senti hingga membuat pemuda itu terkekeh lagi .
“ Sudah , biar lo bisa ketawa . mending kita maen gasing bareng ! “ ujar pemuda itu , seraya mengambil paksa gasing yang berada di genggaman Sivia . apa-apaan anak ini , seenaknya saja mengambil gasing itu .
“Riooo ! balikin gasingku ! “ teriak Sivia agak kesal dengan tingkah Rio , pemuda ini . awas sajaa, siaga satu untuk jurus Sivia.
“ kejar dulu , weeeeks :p “ ucap Rio sambil berlarian memutari taman , membuat Sivia tambah kesal dengan cowok satu itu . tak tahu saja, kalau Sivia adalah si gadis lari ! dalam hal lari dialah jagonya! Bagaimana tidak , hampir setiap hari ia harus berlarian memutari lapangan sekolah , jadi untuk ini ..
“Gotcha ! “ pekik Sivia penuh semangat , finally ! Rambut Rio berada dalam genggamannya, dipegangnya rambut itu sangat erat , diarahkanlah tangannya ke kanan dan ke kiri, membuat Rio tak tahan lagi.
“ hahh .. kamu masih berani begini sama aku ? “ ditariknya rambut itu ke kanan.
“ masih mau ngambil barang berhargaku sembarangan ? “ ditariknya rambut itu ke arah kiri.
“ masih mau nanya-nanya soal .... “ baru saja ia ingin menariknya ke arah depan , tapi.. mata itu, akhirnya teralih ke arah mereka , pasangan bulan bintang yang konon bersinar di setiap pantulan mata Sivia.
“viaa .. kamu dicariin ternyata ada di sini . ponsel kamu juga gak bisa dihubungin “ Shilla menyeru dari arah sana, arah yang sama dengan kedatangan Alvin , arah yang berlawanan dengan arah Sivia .
dan .. Rio . Alam menyaksikannya.
“ gue pergi dulu ya. Hey, my honey sweetie Shilla . aku pergi dulu yaa, sampe ketemu lagiii “ ucap Rio melirik ke arah Sivia kemudian berbalik ke arah Shilla. Sivia hanya manyun menatap Rio, sementara Shilla , terlihat dirinya yang bergidik ngeri . Berbeda dengan Alvin .
“ kita .. ehm , yo ! ayo kita jalan ! sama sivia dan shilla juga “ ucap Alvin akhirnya, dia terlihat sedikit.. uhm, salah tingkah . Rio tak mengindahkan , pergi saja dan hilang .
“ vi .. ayo pulang , udahlah vin . gak usah mikirin dia, dia itu cuman mantan sahabat kamu ! yuk ! “ kata Shilla memecah kesunyian yang tercipta beberapa detik yang lalu , Alvin hanya mendesah . berharap gadis di sampingnya itu tahu bahwa ia benar-benar lelah .

***
  Alam sedih , menangis meronta-ronta.
“ vin .. kamu suka bagian mananya ? aku suka adegan dinda dan bastian pelukan di pinggir pantai saat senja , uwaa.. romantis banget ! “ ucap Shilla seketika , melawan gaduhnya suara hujan di luar sana. Alvin melirik cermin di atasnya sebentar, sejurus kemudian menjawab pertanyaan gadisnya “gue juga” . sudah,diam .
“ hmm , kamu kenapa suka yang itu ? aku suka itu karena di situ aku lagi ngarepin kamu juga gitu ke aku , uwaaa .. “ masih saja rentetan pertanyaan di ajukan Shilla, membuat Alvin semakin geram saja. Ada, sesuatu yang ingin dijawabnya mengenai pantai , menikmati cahaya senja dengan .. “ gue suka menikmati senja dengan minum es kelapa bersama , di pantai , memandang langit dengan indahnya” .
“aa! ee.. ” pekik Sivia refleks , hingga akhirnya salah tingkah. Shilla semakin curiga, ada apa ini sebenarnya. Apa alam mempermainkannya ? tidak, alam hanya ingin membuatnya bahagia, hanya dia.
“kenapa vi ? “ dengan segenap kecurigaan , Shillapun bertanya juga . dijawab dengan gelengan kepala Sivia , terlihat jelas . salah tingkah ? hah ?
“ inii , kakiku digigit semut . hehehe, maaf ya “ ucap Sivia dari kursi penumpang belakang , Alvin meliriknya sebentar , kemudian ia tersenyum lagi memandang arah depan .
 fiuh ,sampai juga~ masih dengan kesedihan yang sama, alam belum berhenti juga .
“ vin . kami balik duluan yaa, thanks for today , take care dear “ kata Shilla, memandang sekelilingnya , hujan semakin deras saja , ia yang menggunakan payung saja sudah tidak tahan . Apalagi Sivia , ia sudah tak tahan lagi . ingin sesegera pergi .
“ aku duluan masuk ya, makasih vin“ ucap Sivia akhirnya .
“ sama-sama .. ehh “ tanggap Alvin , bukan Sivia yang diliriknya . ia malah menatap wajah Shilla hingga melirik Sivia lagi , gadis itu melihatnya , sempat berbalik ketika menganggap panggilan itu di alamatkan padanya , nyatanya . hanya sebuah harapan gelap . Ia diam kemudian berlalu .
“ ehh .. Sh..Shilla , ini pake jaketnya , ntar kedinginan lagi “ lanjut Alvin seraya memakaikan jaketnya di pundak Shilla, gadis itu tersenyum , memandang seberapa peduli pemudanya . hingga akhirnya , sebuah kecupan mendarat di pipi Alvin . gadis itu tersenyum, kemudian berlari masuk ke dalam . Alvin mendesah pelan , menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal , akhirnya pergi . melaju dengan mobilnya , melawan tangisan Alam yang sedang meronta .
***
 “Apaa!! Kok aku sih!? Aku kan yang paling kuper cakk , enggak.enggak mau pokoknya, apalagi untuk orang itu ! “ gerutu Sivia kesal , menatap kesal wajah Cakka yang sedang menatapnya pula, penuh harap.
“Ayolaah vi , ini demi divisi kita juga . semuanya sudah punya tugas , bagian ini yang paling penting . lo sama shilla kan yang paling rajin , tapi kan gak mungkin Shilla. Bisa di gebrek Alvin lah gue ! gue mohoon viii “ ucap Cakka , memasang wajah innocentnya dan penuh manja, berharap bisa menaklukan keras kepala Sivia yang berlangsung sejak 30 menit yang lalu .
“ kalo gitu, ganti orangnya ! “ ujar Sivia akhirnya . Kenapa juga harus dia, tidakkah dunia tahu bahwa ia adalah orang yang paing kuper ? masuk divisi mading saja hanya karena kekreatifan dia mendesain ini itu dari internet , bukan untuk masalah ini . please , jangan dia untuk ini . apalagi untuk orang ini, oh tidaak ! rasanya mau mati saja . Le-Bay -__-
“ gak bisa vi , Rio kan yang menang voting , orang-orang kepengen tau tentang dia . ayolaah , lo hanya perlu ngedeketin dia, cari hobby  atau kesukaannya, karakternya gimana, gampang kan ? “ tidak. gak mau , sanggah sivia dalam hati . demi apa dia harus ngutak-ngutik informasi tentang cowok itu , cowok yang dikesalinya sejak SMP , cowok yang akhirnya ..
"gak , gak bisa Cakk . " tambah via lagi , entahlah .sulit menambahkan alasan apalagi yang harus dipakainya , hanya kata 'gak' yang keluar dari mulutnya. Cakka mendesah kentara, sulit sekali ternyata jadi ketua divisi .
"please. kali ini , jadilah anggota yang bertanggung jawab vi " terus? sivia harus berkata apa?

Udaranya tak begitu cerah melainkan mendung , awan putih polos itu sedang bermuram durja , langit biru nan elok nampak menakutkan dengan warna gelapnya . tinggal tunggu proses tangisan yang keluar dari awan gelap sana. Sivia mendesah pelan , lelah mencari objek yang jadi 'incaran' nya . bukan dia sih , tepatnya divisi dia . dan lebih tepatnya merujuk ke siswa siswi sekolahannya . apa bagusnya sih cowok itu ? sampai voting akhirnya memilihnya, Sivia jadi penasaran sendiri . yang dia tahu hanyalah , cowok itu sahabat Alvin di SMP dulu, cowok yang selalu ngejar-ngejar Shilla , cowok 'nakal' yang ganggu acara sorenya bermain gasing. dimana letak bagusnya ya ? ck .
"kamu . lihat Rio gak ? Mario stevano ? " tanya Sivia ke beberapa siswi yang lewat dihadapannya .
"rio ? ahh .. kita juga lagi pengen lihat Rio , dia lagi main basket tauuu , pasti keren bangeeet " jawabnya , yang hanya dibalas dengan keheranan Sivia. main basket , hm . terus ?
masa bodoh , yang penting dia harus menjalankan tugas , kalau perlu ini harus selesai hari ini juga . Agar tak perlulah lagi dia repot-repot mencari cowok satu itu. sudahlah , sivia mengikuti gerombolan cewek-cewek itu akhirnya .


"kyaa !!! Riooo ! " Lapangan basket sudah dikelilingi oleh siswi SMAnya , ada apa ini ? Sivia semakin penasaran saja. Jangan-jangan , cowok itu sedang berlatih basket dengan pemain basket yang terkenal dari luar negeri ,atau paling tidak .Ada pertandingan basket antar sekolah atau antar kelas , hm ? . Siviapun berusaha keras melewati desakan gerombolan siswi-siswi sekolahnya , menjawab rasa penasarannya . untuk ......... Apa ini ? 

Rio yang daritadi diteriaki oleh para cewek sekolahan sedang bermain basket , Rio sedang mendribel bola basketnya seorang diri , Rio sedang memakai seragam sekolahnya yang biasa, tak ada pertandingan ataupun pelatih dari luar negeri sana . tiba-tiba ia merasa rasa penasarannya terhantam .Please.Deh.Ini.Biasa.Saja.
jadi ? untuk inikah mereka berlarian sambil menyebut namanya ? hingga berdesakan di sini pula . untuk inikah ? Ahh..Sivia berusaha menampik pikiran itu, berusaha fokus kepada tugasnya sebagai anggota yang 'bertanggung jawab' .
Rio baru saja memasukkan bola basket ke dalam ring hingga akhirnya tetes-tetes air alam pun datang secara bertahap, prosesi itu akhirnya mulai juga . Para gerombolan cewek-cewek ini pun pergi juga, Sivia menunggu Rio supaya ia bisa mengikutinya hingga tak perlulah lagi dia mencari,nantinya. tapi pertanyaannya , di hujan yang sederas ini . dia masih asyik saja bermain basket, kapan ia berhenti ?
"ehh .. " Sivia akhirnya menghampiri pemuda itu ke lapangan basket, berusaha mengacangi rasa gengsinya . ini demi tugas seorang anggota.
" ngapain lo di sini ? " tanya Rio membalas sapaan 'terpaksa' via .masih asyik bermain dengan bola basketnya.
"kamu gak nyadar ini hujan ? bisa berhenti maen gak ? " tanya via ragu , gengsi sekali bertanya seperti itu. ini demi tugas seorang anggota .
"gue tahu, emang gue buta apa. gue masih mau maen , kalo lo ngefans jangan larang-larang gue . nontonnya dari sana ! " ucap Rio sambil menunjukkan kursi tak jauh dari lapangan . "ganggu aja " lanjutnya . enak saja, ngapain juga dia hujan-hujanan demi nonton cowok satu ini main basket , Sivia mengulum bibirnya sambil berpikir , akhirnya untuk kali ini. ia musti menghiraukan rasa gengsinya, sudahlah.untuk kali ini, ia pergi saja . Sivia pun memutuskan untuk beranjak , betul-betul menjengkelkan untuk berbicara dengan cowok satu ini . Ia tak tahan untuk tak menendang kaki cowok satu ini , dengan segala jurus yang ia punya . ditendangnya betis Rio , hingga cowok itu menghentikan permainan , berusaha mengusap betisnya yang kesakitan. Kemudian melanjutkan lagi permainan . Sivia beranjak dari tempat itu dengan mulutnya yang manyun , kesal sekali dengan respon pemuda satu itu.


Brrr.. sepeninggal dari lapangan basket tadi, Sivia baru saja ingat kalau dirinya kehujanan. pantas saja, ia merasa menggigil begini , bagaimana ini . dia tak membawa jaket juga rambutnya sudah menyusut , menyatu dengan air akibat kehujanan . hehhh , Sivia jadi pusing sendiri meratapi nasibnya. Dan sialnya , setelah jam istirahat ini , masih ada 2 pelajaran yang akan menantinya . ditambah lagi dengan keterlambatannya pagi tadi, ergh.
Suasana kelas XI IPA 1 tampak tak begitu gaduh , sepertinya semuanya siap-siap menerima pelajaran , menunggu bel yang tak lama lagi akan dibunyikan . hanya Sivia yang kelihatan aneh sendiri disana, dengan langkah kekesalan  ia memasuki kelasnya . sambil memeras rambut panjangnya yang kebasahan . Shilla menatap via kaget , memperhatikan sekujur tubuh via yang kebasahan , untung saja ia pake kaos dibalik seragamnya .
"kok bisa basah gini vi? kehujanan dimana sih? " tanya Shilla cemas , tampak seorang pemuda disampingnya memperhatikan juga, Sivia mendesah teramat pelan.
"a..tadi ada sesuatu aja " sanggah via akhirnya , Shilla masih terlihat cemas hingga ia pun mengambil jaket Alvin dari dalam tasnya, oh.jaket kemarin rupanya, jaket yang dikiranya akan ditujukan padanya.. opss ,
"nih. pake jaket Alvin ya , aku tahu kamu ga bawa seragam ganti , yah.hitung-hitung supaya badan kamu hangat " Shilla menambahkan, sementara Alvin disampingnya menatap gadisnya dengan tatapan mencelos (hah?)
"ga usah shill .. " Sivia merasa tidak enak dengan gadis di hadapannya ini , lagipula jaket itu kan ..
 " mm , itukan punya Alvin . jadi dia maunya kamu yang make, diluar dingin shill. ya, kamu aja ya yang make" lanjutnya , yang dibalas dengan tatapan pasrah Shilla.
 "kamu bisa ngasih pinjam ini ke via kan vin ? " tanya Shilla belum berhenti juga, Alvin malah balik menatap Sivia yang keheranan juga. Apa ini  ? baru saja terjadi keheningan diantara 3 insan itu .
" engg.. tapi buatku kamu lebih butuh .. " ucap Alvin , jangan lanjutkan.. tungkasnya dalam hati, berat sekali mengatakan ini . "...Shill " lanjutnya , final untuk Sivia. siapa juga yang butuh-cuih- . percakapan pun berhenti dengan kedatangan Bu Mila , guru biologi , pelajaran yang paling dibenci via, tapi entah apa kali ini kedatangan guru -pelajaran- ini membuatnya bernafas lega .
***
  Jam pulang toh ternyata , jam pulang bukan kesenangan bagi via , malah musibah . Hukuman lagi-lagi harus dijalankannya , sudah terbiasa dengan ini. Bukan itu masalahnya , selain membuang waktunya , ia harus bertemu lagi dengan si ketua osis. Ahh
“Hari ini di lapangan futsal , yg indoor , di luar masih gerimis . “ ucapnya melewati Sivia yang baru saja akan bergegas menuju lapangan . gadis itu menepuk jidat , baru saja ia sadar kalau diluar masih hujan . Padahal bajunya masih saja basah akibat kehujanan tadi , kepalanya saja sudah terasa pening, haruskah ia melanjutkan hukuman ?
 Lapangan indoor pun terlihat pengap , Alvin sudah duduk bersiap di salah satu kursi penonton , memegang buku piket di tangan kanan, dan sebuah pulpen di tangan kirinya , via mendesah pelan. 5 putaran lagi harus ia selesaikan . Kemudian ia melepas tasnya , membaringkannya di dekat salah satu papan poin, dan kemudian bersiap berlari .

  1 detik .. 2 detik .. 3 detik Sivia berlari ..
“eng..vi , kamu tadi kehujanan itu gak apa-apa ? “ Sivia menggeleng .
detik ke 20 .. detik ke 21  , 22 ...
“maaf, untuk jaket yang kupinjami ke Shilla .. Aku tahu kamu sebenarnya lebih butuh “ Sivia mendesah kentara , kemudian akhirnya melanjutkan nafasnya untuk berlari .
 putaran pertama .. akhirnya selesai ..
“kam.. ehm , elo kok masih saja terlambat  ? bukannya Shilla bilang lo gak perlu kerja kalo pagi ? “ lanjutnya lagi, belum diindahkan oleh sang pendengar. Ia mendesah , merasa lelah dengan respon gadis ini . “gue hanya ingin peduli sama lo “ tambahnya . 
 putaran kedua diselesaikan .. 
“lo udah ga mau peduli sama gue atau lo hanya pura-pura nahan , supaya gue gak ngungkit kalo sebenernya .. “ 

‘arghh !!’pekik Sivia tiba-tiba , ia memegang kepalanya yang terasa pening sejak tadi.Alvin yang melihat pun memberhentikan ucapannya , menolong gadis yang dari tadi mengacuhkannya .
“lo , gak apa-apa vi ? “ tanya Alvin bersimpuh di depan Sivia yang sedang memegangi kepalanya.
“maaf , maafin gue yang sulit untuk peduli tapi, gue masih sayang sama lo  “  Ia memegangi pipi Sivia , meyakinkan ke gadis ini soal perasaannya .
“gue lakuin semua ini, karena lo minta ..tapi...  kenapa lo menghindar dari gue, seakan gue Monster yang siap memangsa . Kenapa lo ga pernah ngejawab ucapan gue , seakan gue invisible . gue capek dengan tuntutan yang lo minta, gue capek nahan untuk ga peduli sama lo , gue kangen lo , kangen kita , yang dulu vi , gue .. “ “diem vin” tanggap via akhirnya, berusaha menahan tangis yang ia bendung sedari tadi . dia juga masih sayang , rindu , dan kalau bukan keadaan yang memaksa. Dia juga mau bercanda tawa dengan pemuda ini, tapi apadaya .. dia gak bisa , masih belum bisa.
“a..aku , aku gak perlu dipeduliin sama kamu “ keluarlah kata kebohongan keji dari mulut gadis itu, merutuki diri sendiri dalam hati. Tidak terima dengan keadaan , atau ia kalah dengan pikiran. Sementara pemuda di depannya , memasang wajah kaget bukan kepalang , asa nya terputus, tersapu angin seiring ucapan gadis di hadapannya .
“elo masih sama, masih munafik ! “ hardik Alvin final , Sivia mengulum bibirnya , menahan agar tangis tak keluar di hadapan pemuda satu ini . “ untuk kali ini , lo ga usah lanjutin lari. Gue akan bilang ke guru kalo lo sakit, jadi.pulang aja, istirahat “ ternyata masih menambah ucapannya, melupakan perintah yang dilontarkan gadis itu beberapa menit yang lalu. Ia masih sama, bersikap peduli . ia membuka kemeja putihnya sebelum pergi , memasangkan kemeja itu di pundak gadis yang memasang aura penolakan yang tersirat terlalu jelas, biar saja.ia tak peduli .
“setidaknya , kemeja ini bisa ngehangatin walau Cuma sedikit , gue yakin lo ga butuh pelukan gue untuk hangatin lo . jadi ini saja, gue rasa cukup “ tambahnya lagi , kemudian berlalu pergi . melewati gadis itu , dan kemudian tak sadar seseorang yang baru saja dilewatinya di depan pintu , yg sedang menatapnya penasaran dengan penuh .. emosi ?
Sivia menarik nafas berat , kemudian memegang kemeja Alvin yang baru saja dipasangkan di pundaknya, sejujurnya . Ia ingin dipedulikan , dengan pemuda itu ? tentu saja ia  mau , tapi tak pernah berani ia katakan , ia ingin selalu mempertahankan keadaan.
“ e..lo ? sivia ? lo sama Alvin ngapain di sini ? kenapa dia masangin kemeja ke pundak lo ? “ tanya sebuah suara seorang pemuda , menatapnya dengan heran. Buru-buru ia lepaskan kemeja yang ada di pundaknya.
“hah ? enggak , dia tadi ... “
“jangan-jangan elo sama Alvin ... “
“aku gak ada apa-apa sama dia, dia pacar sahabat aku, jangan mikir macam-macam . dia di sini sebagai piket yang ngecek aku , hari ini aku dapat hukuman dan dia di suruh .. “
“diem!” katanya sambil membekap mulut gadis di hadapannya , sivia yang tidak terima langsung menggigit tangan itu , membuatnya meringis kesakitan .
“dasar raja hutan ! tadi lo nendang betis gue , sekarang seenaknya aja gigit tangan gue. Oke, gue percaya. Tapi .. sampai Alvin nyakitin Shilla, bilang sama gue. Biar gue bunuh dia sekalian “ ucap pemuda yang bernama Rio itu dengan yakinnya.
“kamu .. harusnya baikan sama Alvin , dia... Yang penting dia udah bikin gadis yang kamu sukai bahagia , kenapa kamu masih saja begini ? “ tanggap via
“ gue gak butuh pengkhianat , lo lupa masalah gue sama dia ? gue minta dia untuk ngedeketin gue sama Shilla , karena gue tahu dia sahabat Shilla dari kecil . tapi ? yang gue lihat, dia yang nembak Shilla dan resmi jadi kekasihnya . gue awalnya biasa vi , sampai dia terlalu peduli sama Shilla dan dia ngejauhin gue perlahan , itu yang namanya sahabat ? gue cukup merasa terkhianati , emang gue salah? “ jelas Rio panjang lebar , via menggigit ujung bibirnya sebentar kemudian menjawab penjelasan pemuda ini.
“ kamu gak perlu merasa terkhianat , demi seorang gadis . kau rela melupakan sahabat ? “
“lo ngomong gitu , karena lo gak tau . apa yang gue rasain . “ kemudian hening .
“ dan.. gue kayaknya tetep curiga antara lo sama Alvin “ lanjut Rio , menatap via dengan yakin.Sivia menarik nafas berat kemudian mendesah pelan .
“kamu ngapain di sini ? “ tanya via mengalihkan pembicaraan .
“awalnya , gue mau main futsal sendiri di sini , tapi .. mood gue udah hilang , ckckck “ ucapnya menatap remeh ke arah gadis di hadapannya . Sivia memanyunkan bibirnya , merasa bahwa pemuda ini baru saja menyindirnya.
“yaudah , kalo gitu . aku duluan ! “ ucap Sivia kesal , baru saja ingin beranjak . tangannya malah dicekal oleh Rio.
“gue kasihan lihat elo , muka lo kusut kayak baju cakar . mumpung hujan udah mulai reda,mending lo ikut gue ! “
“hah ? kemana ? “ pertanyaan via tak diindahkan oleh Rio, cowok itu malah seenaknya saja menarik lengan baju via yang masih agak basah .
“eng, kemeja lo basah. “ ujar Rio masih memegang ujung lengan baju gadis itu , Sivia heran. Jelas-jelas memang basah , terus ? “ lo pake aja kemeja Alvin , terus..tambah nih jaket gue” lanjutnya. Sivia masih memandangnya heran , apaan sih cowok ini . “ udah , lakuin aja. Repot bener “
***
  Nampaknya tempat ini memang cocok untuk menenangkan pikiran , anginnya , suasananya , mendengar suara ombak yang memecah karang , cukup untuk menghilangkan pening di kepala Sivia. Ternyata , Rio cukup tau bagaimana menenangkan pikiran , dia juga .. sedikit romantis . hah ? apa tadi ? bukankah ia baru tahu sedelik informasi soal pemuda ini . hey , cowok yang sedari pagi diincarnya sekarang ada di hadapannya, bukankah ini waktu yang tepat ? ahh.. keberuntungan sedang berpihak padamu , Sivia.
“mm..yo , aku boleh tahu beberapa informasi soal kamu gak ? “ tanya Sivia, ada nada memelas tapi merasa terpaksa di sana.
“untuk apa ? ahh iya , gue lupa kalo elo salah satu fans gue . enak aja lo ! “ tanggap Rio , yang malah dibalas tatapan kesal Sivia , pemuda itu terkekeh geli kemudian akhirnya ...
“ hmm.. boleh , tapi lo harus tanding sama gue , biasa. Permainan pantai , buat gundukan pasir yang atasnya ditaruh ranting , yang duluan jatuhin ranting, ya dia yang kalah . kalo lo menang, baru lo bisa ngutak-ngutik informasi soal gue “ jelas Rio , tentu saja via mengangguk setuju. Tak tahu saja pemuda ini , kalau permainan seperti itu telah ditekuninya sejak kecil. Haha, akhirnya. Tugas madingnya akan selesai juga .
Rio dan Sivia pun selesai menepuk-nepuk gundukan pasir pantai , Rio akhirnya menancapkan ranting hingga dasar gundukan itu. Baiklah  , permainan dimulai .
“yak . hihihi “ Sivia memulai permainan , di garapnya pasir itu dengan tangan kanan dan kirinya hingga membentuk lingkaran . belum jatuh , tentu saja.
“ gue lebih jago tau.Lihat nih, si raja pantai ! ” Rio mulai menarik pasir-pasir terlalu ke bawah dan dalam hingga tak sengaja di sentuhnya ranting yang tertancap itu , hingga setelah lingkaran terbentuk . ranting itu jatuh tak berdaya, dan kalah .
“ wuahahahahaaa “ tawa via membuncah , kemudian terkekeh geli dengan pemuda di hadapannya, sementara pemuda itu kesal , memanyunkan bibirnya sambil berkata “sial ! “ , dan di hancurkannya gundukan itu dengan tangannya , hingga pasir-pasir tertebar kemana-mana .
“auchh .. “ via mengucek matanya yang terkena pasir , perih dan terasa sedikit gatal .
“duh .. pasirnya masuk ke mata lo ya vi ? maaf.maaf . “ ucap Rio , dan masih menatap via cemas. Kemudian , di bukanya mata via dengan tangannya , Rio akhirnya meniup-niup mata via agar butiran pasir tersingkir di mata via. Gadis itu hanya terdiam kaku , menyadari salah satu organnya kemudian bergerak menyalahi aturan. Ia menatap pemuda ini dalam di bola matanya . Hingga menyadari jarak mereka yang terlalu dekat dengan deheman pemuda itu . Dan akhirnya ia menyingkir , membentang jarak agak jauh dari gadis itu.
“maafin gue , soalnya lancang “ ucapan yang tak di jawab oleh gadis di hadapannya . “ Oh iya, karena lo menang . lo boleh nanya-nanya tentang gue “ lanjutnya , mengalihkan konferensi keheningan beberapa detik silam.
“aa.. oh iyaa, aku nanya gini karena tugas divisi mading.” Rio menaikkan alisnya , menyadari bahwa ucapan gadis ini agak membingungkan buatnya. “bukan karena , aku ngefans sama kamu “ lanjutnya..
“ emang lo gak ngefans ya sama gue ? hihihi “ Rio melontarkan pertanyaan jailnya ke Sivia , Gadis itu hanya tersenyum masam .
“udah ah , aku mau tanya makanan favorit kamu , warna , film , minuman , hobby , semua yang menjadi favorit kamu itu apa ? “ via mengetuk-ngetuk note book nya dengan pulpen , menunggu jawaban dari pemuda di hadapannya . “gue hanya akan jawab salah satu favorit gue beserta alasan”
“hah ?” via menaikkan alisnya , menatap pemuda ini bingung .
***
     Gadis itu sedang menatap bintang , kemudian kembali meneruskan tulisannya di atas buku favoritnya , ini memang semacam hobby nya dari kecil . Hampir serupa dengan diary , tapi di buku ini, dia hanya menulis beberapa cerita penting yang sangat bersejarah teruntuk dirinya sendiri . Hari ini pun sama, ia menulis beberapa kisah yang terjadi siang hingga sore tadi , ketika ia menikmati senja , dengan pemuda lain . Pemuda yang bahkan tak dicintainya .. hanya, ada beberapa alasan mengapa momen itu terukir di benaknya .

flashback
“gue hanya akan jawab salah satu favorit gue beserta alasan” Pemuda yang bernama Rio itu menatap gadis di hadapannya lekat-lekat , bukan bermaksud apa-apa . Hanya ingin, gadis itu mengerti tentang sesuatu .
“hah ? “ Sivia malah memandangnya bingung, tidak mengerti apa maksudnya pemuda ini . memandangnya dengan berjuta arti di dalam matanya.
“ Hahahaha , nyantai aja kalii . ga usah bingung banget gitu . “ Rio terkekeh geli menatap via yang kebingungan sendiri.Kemudian ia melanjutkan perkataannya “ shh.. gue suka sesuatu yang gue gak tahu. Contohnya , gue suka sama Shilla yang memang gue gak tahu kenapa gue suka sama dia. Gue suka lihat Alvin marah sama gue , padahal .. soal pengkhianatan itu , sebenernya gue udah lupain. Gue juga gak tahu kenapa . Dan .. gue gak suka lihat tatapan lo ke Alvin , yang alasannya .. gue tahu “ Rio mendesah pelan di awal kalimat , kemudian menjelaskan apa yang tertuang di benaknya , Gadis di hadapannya masih sama, bingung dengan kalimat yang dilontarkan pemuda itu.
“Aku ? emang kenapa ? kok kamu tiba-tiba aneh begini “ via menggambar lukisan benang kusut di note booknya, alih-alih menulis apa yang dikatakan pemuda ini , Ia malah bingung dengan pikirannya sendiri, yang entah kenapa , kalimat pemuda ini sedikit demi sedikit ia mengerti .
“elo .. “
“ Aku gak cinta sama dia “ sela via sebelum pemuda itu melanjutkan kalimatnya.Kesal dengan pemuda ini , ia malah pergi begitu saja. Berjalan dengan langkah kasar di atas pasir pantai . Ia bukannya tidak mengerti , hanya pura-pura tidak mengerti .
“ Lo ga perlu bohong vi , gue.. ngomong gini , karena.. gue udah sadar sejak lama. Sejak kita SMP , lo natap dia dengan tatapan nanar. Gue sebenernya ,hanya gak mau nyakitin Shilla “ Pemuda ini , ia tahu. Mungkin ia sadar sejak awal , sandiwara ini sudah berlangsung begitu lama .
“ gue minta , lupain . lupain dia , jangan menatap dia seperti itu lagi vi “ lanjutnya . Ia menatap bahu gadis itu yang bergerak naik turun , menyadari gadis itu terisak dalam langkahnya. Alih-alih melanjutkan kalimat lainnya , ia beranjak dan lari ke arah gadis itu . menyelinapkan jemarinya kemudian menarik gadis itu dalam peluknya.
“gue minta maaf . gue tahu Shilla punya penyakit dan elo yang harus berkorban , kali ini . lupain masa lalu yang gue gak tahu apa sama cowok itu . gue gak mau lihat Shilla sakit hati yang menatap kalian bingung . maaf , untuk ngorbanin lo lagi . “ pemuda itu , mengusap pelan rambut gadis dalam dekapannya. Ahh, kenapa ia jadi merasa bersalah begini ? bukankah ia ingin gadis yang ia cintai sejak lama bahagia dengan apapun caranya ? tapi , gadis ini. Melihat ia menangis juga menyakitkan buatnya.
“ gue , akan nemenin lo kok . gue .. , ehm. Lo mau ga , pacaran sama gue ? “ ah.. bego yo ! kenapa kata-kata begini yang muncul di benakmu . Gadis ini , apakah ia akan menamparnya sebentar lagi .
“k..a..lau itu un..tuk Shilla ba..hagia .. aku mau “ jawabnya terisak . Pemuda ini tersenyum , walau yang ia lakukan sebenarnya hanya akan terus menyakiti gadis di dalam dekapannya. Membuat ia harus melupakan pemuda yang dicintainya, tentunya sulit dan terasa sakit di dalam dada. Tapi , biarlah. Ia akan memberikan gadis ini titik keceriaan , membuatnya terbuai dalam alunan kisah yang tak diisi oleh pemuda yang dicintainya . Biarkan begini , walau ini sebenarnya membuat dirinya juga sakit hati .
***
flash back off
  Melupakanmu , menikmati alunan kisah lain . Aku juga sebenarnya `lelah bersandiwara , di depanmu , di depan gadismu . Berpura-pura merasa bahagia , berpura-pura merasa tak ingin diperdulikan. Tapi , semua ini karena memang dunia tak ingin memiliki kita tuk bersanding berdua. Karena sutradara kisah ini memang tak mentakdirkan kita untuk berperan dalam kisah cinta yang sama , Jadi .. mungkin baik begini , lupakan janji-janji kecil di masa lalu . Nikmati masa kini yang harus kau jalani, maafkan aku yang memaksamu vin . Aku ingin , memoar lama kau bakar saja, hingga menjadi abu yang tak perlu dikenang. Aku ingin , kita sama-sama lupa , dan aku keluar dari panggung sandiwara yang dibentuk terlalu keji buatku. Alv, lupakan .. dari sekarang .
21 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar